BAB 1
POTENSI, PERMASALAHAN
DAN DAYA SAING
A. Apa dan Siapa Indonesia?
• Indonesia kaya dengan sebutan, sebagai berikut:
1. Negara kaya raya
2. Zamrud katulistiwa
3. Kolam susu
4. Tongkat dan kayu jadi tanaman
5. Nenek moyang seorang pelaut
• Indonesia Negara Subur dan Kaya Raya, sebagai :
1. Termasuk sepuluh besar negara penghasil SDA di Dunia
2. Potensi sumber energi terbesar dunia (gas, batubara,geotermal, dll)
3. Memiliki 325.350 jenis fauna dan flora
4. Daerah strategis di antara empat benua dan dua samudera
5. Pasar nomor empat terbesar dunia
6. Pantai terpanjang nomor dua di dunia
7. Kepariwisataan terkaya di dunia
B. The Global Competitiveness Index 2006 – 2007
Negara Income
(US) Total
Index Basic
Requirements Efficiecy
enhancers Innovation
factors
Swizerland > 17000 1 5 5 2
USA > 17000 6 27 1 4
Singapura > 17000 5 2 3 15
Malaysia 3000-9000 26 24 26 22
Korea 9000-17000 24 22 25 20
Jepang > 17000 7 19 16 1
Cina < 12000 54 44 71 57
Thailand 2000-3000 35 38 43 36
Mexico 3000-9000 58 53 59 52
Indonesia <2000 50 68 50 41
Argentina 3000-4000 69 67 66 79
C. Competitiveness ranking in 55 countries (Pillars)
Negara Institution Infrastructure Macroeconomic
Stability Health and Primary Education Higher
Education and Training
USA 33 6 75 34 5
Singapura 3 3 24 19 16
Hong Kong 12 5 5 28 26
Switzerland 4 4 22 14 7
Australia 13 18 34 17 14
China 77 52 7 61 78
Taiwan 37 20 26 6 4
Malaysia 20 23 75 26 27
India 48 67 108 101 55
Korea 26 16 8 27 6
Thailand 47 27 30 63 44
Philippines 95 94 77 78 62
Indonesia 63 91 89 78 65
Venezuela 131 104 70 76 85
Negara Institution Infrastructure Macroeconomic
Stability Health and Primary Education Higher
Education and Training
USA 12 1 11 9 1
Singapura 2 2 3 12 51
Hong Kong 1 4 1 6 27
Switzerland 6 3 21 3 37
Australia 11 13 7 17 20
China 58 55 118 73 2
Taiwan 17 22 58 15 16
Malaysia 20 16 19 30 29
India 36 96 37 62 3
Korea 16 24 27 7 11
Thailand 34 11 52 45 17
Philippines 64 100 77 69 24
Indonesia 23 31 50 75 15
Venezuela 124 123 104 79 51
D. Daya Saing Indonesia Merosot dari Tahun ke Tahun 2003 – 2008
Negara 2003 2004 2005 2006 2007 2008
USA 1 1 1 1 1 1
Singapura 4 2 3 3 2 2
Hong Kong 10 6 2 2 3 3
Switzerland 9 14 8 8 6 6
Australia 7 4 9 6 12 12
China 27 22 29 18 15 15
Taiwan 17 12 11 17 18 18
Malaysia 21 16 26 22 23 23
India 42 30 33 27 27 27
Korea 32 31 27 32 29 29
Thailand 28 26 25 29 33 33
Philippines 41 43 40 42 45 45
Indonesia 49 49 50 52 54 55
Venezuela 51 51 51 55 55 54
E. Kategori Negara di Dunia
1. Negara kaya, masyarakatnya kaya
USA, Australia, Canada, dan lain-lain
2. Negara miskin, masyarakatnya miskin
Uganda, Etopia, Banglades, dan lain-lain
3. Negara miskin, masyarakatnya kaya
Jepang, Korea, Swiss, Singapura, dan lain-lain
4. Negara kaya, masyarakatnya miskin
Indonesia, Nigeria, Venezuela dan lain-lain
BAB 2
MASALAH INVESTASI DAN PROSPEK
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN DAERAH
A. Tantangan Globalisasi
Globalisasi menimbulkan terjadinya Hyper Copetation, sehingga Globalisasi telah memunculkan dan mensyaratkan pasar baru, produk baru, mindset baru. Kopetensi baru dan cara pikir bisnis baru yang berbasis pada strategic’s.
Lingkungan Kompetitif Global Dari Kepada
• Perubahan terjadi sangat cepat
• Difusi kapabilitas secara meluas dan cepat
• Keseimbangan sumberdaya
• Para pesaing global baru
• Peningkatan interdependensi di antara pasar local, nasional dan global
• Menghilangnya batas-batas pasar Nasional
• Kemunculan pasar non-tradisional
• Regionalisasi perdagangan
• Homogenisasi segmen pelangan
Aturan main baru kompetisi global yang bersifat Hyper Competation
• Pasar yang diproteksi dan diregulasi
• Monopoli dan Oligopoli
• Economies of scale
• Akses ke sumber
finansial
• Teknologi produk dan proses
• Knowledge-based assets (intellectual capital)
Seperti:
Kreativitas, inovasi, pembelajaran organisasional, dan kapabilitas strategic.
Agenda : Pengembangan Human Capital Invesment dengan mind set, kompetensi, dan cara piker global.
B. Factor-faktor yang Menjadi Permasalahan bagi Perelonomian Indonesia 2011 dan 2012
1. Krisis politik dunia :
Terutama di negara-negara África utara : (Tunisia, Mesir, Yaman, Libia, dan lain-lain) Krisis energi.
2. Krisis ekonomi dunia dan bencana gempabumi dan tsunami:
Jepang dan beberapa negara lanilla, mengakibatkan melemahnya sector industri.
3. Permintaan pangan dunia meningkat, sedangkan produksi dunia stagnan. Mengakibatkan harga pangan dunia naik.
4. Intervensinya berbagi produk LN terhadap pasar domestik, terutama Cina, Korsel, India, dan lain-lainnya.
5. Tidak optimalnya investasi FDI, khususnya investasi yang ”labour intensive”
6. Masih tingginya ”hight cost economic”
7. Keterbatasan infrastruktur.
8. Rendahnya produktivitas tenaga kerja
BAB 3
PENGEMBANGAN INDUSTRI KARET
DI INDONESIA DAN SUMATERA SELATAN
A. Indonesia Produsen Karet Alam
Indonesia produsen karet alam kedua tersebut di dunia setelah thailand. Pada tahun 2006, produksi karet alam mencapai 2, 64 juta ton, atau 27,3% produksi karet alam dunia (9,2 juta ton), lebih dari 90%nya (2, 45 juta ton) adalah jenis Crumb Rubbber yang dihasilkan oleh sekitar 115 pabrik Crumb Rubber di seluruh Indonesia. Luas areal tanaman karet di Indonesia pada ssat ini 3,309 juta ha, dimana 84, 49% (2,796 ha) merupakan perkebunan rakyat.
Tahun 2006, industri crumb rubber berhasil meraup devisa ekspor senilai US$ 3,77 Milyar, hampir 50% dari nilai ekspor produk pertanian. Tenaga kerja yang terserap di bidang produksi crumb rubber mencapai + 100.000, sedangkan dibidang penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 6 juta orang, belum termasuk para pedagang pengumpul.
B. Peran Karet Alam dalam Perekonomian Nasional dan Daerah
1. Sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk
2. Sumber devisa negara dari ekspor non-migas
3. Mendorong tumbuhnya agro-industri di bidang perkebunan
4. Sumber daya hayati dan pelestarian lingkungan.
C. Konsumsi Karet Alam
• International Rubber Study Group (2007)
1. Kurun waktu 5 tahun terakhir konsumsi karet alam di dalam negeri meningkat rata-rata sebesar l0,98% per tahun.
2. Konsumsi karet alam di dunia internasional meningkat rata-rata 4,72 per tahun
• Faktor Utama Peningkatan Permintaan
1. Harga karet sintetis terus naik seiring dengan kenaikan harga minyak bumi yang sangat tajam dan fluktuatif di pasaran internasional.
2. Tuntunan masyarakat dunia terhadap lingkungan, (green industry).Menyebabkan permintaan terhadap karet alam naik pesat, karena karet sintetis yang bahan bakunya berasal dari fraksi minyak bumi harganya ikut meningkat tajam. Terkait dengan hal itu beberapa lembaga perkaret internasional memprediksi permintaan karet alam dunia ke depan akan meningkat lebih tingggi yaitu pada tahun 2007 di perkirakan sebesar 6,2% dan tahun 2008 sebesar 7,5%.
D. Tujuan Pembangunan Industri Nasional
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri
2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pemberdayaan pasar dalam negeri
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian
4. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur
5. Meningkatkan kemampuan teknologi
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
7. Meningkatkan penyebaran industri
E. Peluang dan Ancaman bagi Indonesia
• Peluang Karet Alam
Peluang yang cerah bagi perkaretan nasional tentunya hanya bisa diraih jika Indonesia mampu meningkatkan kinerja agroindustri karetnya, antara lain melalui peningkatan mutu crumb rubber.
• Ancaman Karet Alam
Beberapa tahun terakhir ini banyak muncul keluhan (complaint) dari beberapa pihak pengimport karet alam (terutama pabrik ban) terhadap mutu crumb rubber asal Indonesia, karena disinyair mengandung contaminan nimia yang Sangay berpengaruh terhadap mutu produk karet hilirnya.
F. l0 Faktor kunci yang menentukan tingkat daya saing investasi yang rendah
1. Kebijakan ekonomi protektif yang menyebabkan kurang inovatif dan harga mahal, lambatnya perijinan.
2. Peran dan prestasi lembaga-lebaga ekonomi nasional yang di bawah standar
3. Perkembangan dan difusi teknologi yang berjalan lamban
4. Lemahnya penegakan hukum sehingga mudah terjadi KKN
5. Terbatasnya, rendahnya kualitas, dan mahalnya infrastruktur
6. Sifat dan struktur pasar kerja yang tidak fleksibel dan tidak dinamis serta resistensinya serikat pekerja.
7. Kompetensi SDM rendah terutama dalam teknologi informasi dan komunikasi personal
8. Rasio modal per tenaga kerja relatif rendah
9. Tingkat dan pertumbuhan produktivitas rendah (makro, mikro, partial dan total)
10. Otomi daerah yang mengakibatkan biaya mahal (hight cost), dan munculnya egosektoral.
G. Langkah dan Kebijakan Pembangunan Daerah
1. Langkah perubahan mendasar yang perlu dilakukan adalah agar manajemen ekonomi secara makro sejalan dengan kebijakan pasar kerja. Dengan demikian dalam mengejar pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru dan kesejahteraan pekerja.
2. Mengutamakan pertumbuhan kuantitas dan kualitas lapangan kerja melalui usaha padat pekerja. Implikasinya penciptaan lapangan kerja harus diberkan pada industri-industri yang memiliki dampak industrial ”backward and forward linkages” dan multiplier penyerahan tenaga kerja yang tinggi.
3. Memprioritaskan pengembangan agro industri yang berbasiskan strategi klaster industri.
4. Dalam meningkatkan investasi dan ketenagakerjaan, kita perlu belajar dai negara Cina yang terkenal dengan pengganguran yang besar dimasa lalu yang telah mampu menciptakan lapangan kerja dengan sistem jaminan sosial yang memadai.
5. Peningkatan tatakelola yang baik (good governance) yang didukung oleh aparatur dan pegawai yang kompeten dan bertanggung jawab, serta kreatif dan inovatif.
H. Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah
1. Aspek Spasial
Aspek spasial akan melihat keterkaitan fisik kawasan melalui jaringan transportasi
2. Aspek Ekonomi
Interaksi ekonomi dapat membentuk jaringan keterkaitanantara wilayah sepeti : keterkaitan pasar, keterkaitan produksi dan pengembangan industri sehingga dapat menciptakan efek pengganda (multiplier effect).
3. Aspek Sosial
Keterkaitan sosial antara wilayah di kabupaten Banyumas merupakan salah satu faktor penentu kemajuan pembangunan wilayah tersebut sebagai kawasan pertumbuhan baru, karena dengan adanya keterkaitan sosial, faktor-faktor yang akan menimbulkan konflik dapat dikurangi.
4. Aspek Pergerakan Populasi
Berkembangnya wilayah yang berdekatan tergantung pada luasnya jangkaunan ekonomi dan sosial, termasuk ketersediaan lapangan pekerjaan.
5. Aspek Teknologi
Kerkaitan teknologi dan pengorganisasiannya antara wilayah sangat penting dalam mendorong investasi berupa modal teknologi industri.
6. Aspek Kebijakan
Pengembangan keterkaitan antara wilayah merupakan sistem yang dintegrasikan (terpadu) dan ditrasformasikan melalui serangkaian jalinan proses kebijakan politik (kebijakan institusi) dan saling ketergantungan antara institusi yang mempunyai wewenang dalam perencanaan dan pembangunan wilayah.